Kamu Bisa!

Jeneungan mungkin pernah mendengar informasi bahwa syarat untuk menjadi wali (dalam pemahaman kultur maupun kosmo-filosofi agama) adalah kalau seseorang sudah gila dan menjadi penyihir.

Gila dalam hal ini -untuk tingkat tertentu- bisa sampeyan sederhanakan kedalam pengertian tentang gejala dan kreatifitas yang fenomenal maupun fenomenologis. Gila adalah sesuatu yang umum. Inkonvensional. Carangan. Ijtihad.

Itu terjadi di dunia pemikiran, kesenian, kreatifisasi penghayatan nilai-nilai agama. Hanya saja, dalam dunia mantra, hizib, kesekten, mistis, magi dan sejenisnya, Carangannya menguak dimensi- dimensi khusus dan berbeda dengan inkonvensionalitas kehidupan umum.

Tukang sihir, maksudnya adalah kesanggupan untuk menyihir. Itu yang saiia sebut atmospheris. Yang disebut sihir gag hanya pada realitas picisan seperti halnya pelet. Ia juga muncul dalam kebudayaan, politik, kesenian, melalui kaum orator, para pemimpin masyarakat, seniman dan aktor-aktor sejarah.

Tetapi sekedar Bung Karno, Iwan Fals, Gus Dur, Rhoma Irama, Zainuddin MZ atau Madonna, Rommy Rafael atau Deddy Corbuzier dan bahkan Limbad sekalipun, gag pula serta merta bisa kita sebut wali, mentang-mentang mereka gila (baca ; istimewa) dan pandai menyihir massa, sebab konsep kewalian atau walayah mempersyaratkan konteks nilai tertentu. Gag cukup gila dan penyihir, tapi gila dalam perspektif nilai apa dan menyihir untuk proses kekhalifahan yang bagaimana. Itu semua bukan sesuatu yang non-ilmiah. Artinya, bisa cukup gamblang kita peroleh penjelasannya. Bukankah disiplin yang paling ilmiah dan paling akademispun tetap tertentang oleh ketidak-pastiannya kepastian, oleh kemungkinan yang
membungkam ketetapan, oleh cakrawala ke-takterhinggaan???

Adalah juga cukup ilmiah kalau untuk dubbing suara Allahu Akbar dalam pelem Cut Nyak Dien, Eros Jarot gag bisa hanya sekedar mengumpulkan 100 orang tuk meneriakkan kata-kata itu. Ia harus riset dari ujung Aceh hingga akhirnya ketemu maginya di Tasikmalaya. Sebab kalau saiia mengucap Allahu Akbar mungkin panjeneungan gag akan tersentuh, sedang kalau akang atau mba' yang meneriakkan Allahu Akbar bulu kuduk saiia berdiri dan muncul gelombang hangat jauh di dalam jiwa saiia. Magi Allahu Akbar ditentukan antara lain oleh atmosfer kehidupan pengucapnya.

Pagi ini, pkl 07:29:52WIB, saiia memperoleh Short Messaging Services dari seorang temen yang mengabarkan bahwa ia masuk rumah sakit. Teriring dengan kejadian itulah maka postingan ini serta merta naik cetak.

Mungkin jika hanya seorang Wong Cilik seperti saiia, dan bukannya KangBoed yang mengucapkan ;

Romadhan menggetarkan Jiwa2 yang Haus akan Cinta Kasih Allah, sementara Kasih Sayang Allah tiada terbatas. Semoga Menjadi Berkah untuk Semua Saudara2ku wabil khususon yang saya Hormati dan Kasihi.

MOHON MA’AF LAHIR & BATHIN DARI KALIAN SEMUANYA…..semoga terbuka untukku sekeluarga.

Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabat Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll

atau bentuk doa lainnya, ...Magi dari doa yang saiia panjatkan gag akan berpengaruh apa-apa terhadap sakitnya beliau. Mungkin dengan bantuan serta pelafalan doa dari sobat semua, akan lebih menggoyang pintu kesembuhan lebih terkuak satu inchi. Namun tentunya hal tersebut akan sangat berarti buat yang bersangkutan bukan. So... please, saiia mohon bantuannya kita sama-sama mengangkat tangan -gag perlu- tinggi-tinggi, yang penting ke-ikhlasannya... haturkan kepada Allah SWT demi kesembuhannya. Amien.



Baca kelanjutannya di sini!