Jakarta Lumpuh, Buang Mobil
Gimana? Bisa nerima model pemikiran seperti yang kami kemukakan pada beberapa tulisan kami sebelumnya di blog ini seperti Jakarta tanpa Mobil, atau bagaimana sebenarnya Ideologi Mobil itu sesungguhnya hingga mengapa mesin kutu kupret itu mesti dicipta Gan/Sis?
Belum. Belum selesai Gan/Sis. Itu baru pemanasan. Mari kita telaah lebih lanjut mengapa saiia mengangkat mengenai Jakarta Lumpuh, Buang Mobil ini..
Lewat industri minyak itulah semua bermula. Yang perlu dilakuin cuma tinggal membuat semua orang jadi pengendara mobil. Persuasi sederhana dilancarkan. Menurunkan harga mobil dengan cara melakukan produksi massal dan membangun sektor perakitan, maka dengan sendirinya orang akan tertarik untuk membeli mobil-mobil tersebut.
Orang mulai berlomba membeli mobil, hingga kelas pekerja bahkan pengangguran (kaya) turut serta dalam propaganda tersebut. Kepada mereka telah dijanjikan keistimewaan yang hanya dapat dimiliki kaum borju, bahkan dengan cara berhutang alias nyicil mereka jabanin, yang penting punya keistimewaan untuk berkendara lebih cepat dari orang lain. "Masa orang elit doank yang punya, kita-kita yang gag elit juga bisa kalee punya :p", begitulah pembelaan mereka.
Hmm.. lalu? Apa bagusnya suatu keistimewaan jika semua orang bisa memiliki keistimewaan tersebut? Ini adalah perangkapmonyet tikus. Yang lebih buruknya lagi, tiap orang gag ngerasa bahwa mereka saling diadu-domba antara satu dengan yang lainnya.
Tentu ajja pertarungan massal seperti ini -baik melalui media massa elektronik, advertising dsb- hanya akan berbuntut pada kelumpuhan. Secara nyata bisa sama-sama kita lihat di lapangan. Jakarta lumpuh di Happy Hour. Tiap orang merasa pantas untuk mengklaim haknya dalam berkendara setara dengan kecepatan kaum elit tadi, walhasil segalanya justru menjadi macet, lalu lintas kota kacau-balau, tiap orang berpikiran sama. Pada jam-jam tertentu, kecepatan rata-rata di jalan umum bahkan turun sampai di bawah level kecepatan pengguna sepeda.
Gag ada yang dapat memperbaiki keadaan seperti ini. Semua orang bicara. Semuabergulingan teriak. Gubernur kumis demi Gubernur jenggot dipilih silih berganti. Model-model janji dari mulut mereka bermacam modelnya. Semua jalan keluar dicoba. Namun semua hanya berakhir pada keadaan yang lebih buruk. Gag peduli bahwa tambahan jumlah jalur-jalur cepat, lingkar dalam maupun lingkar luar, jalan layang, jalan tol, trem, busway, subway serta semua way way metal gondrong awut-awutan lainnya.. semua dicoba.
Hasilnya? Makin mumplak! Selalu sama. Makin banyak jalan yang dibangun, makin banyak mobil yang menyumbat lajur-lajur baru tersebut. Lalu lintas makin padat bahkan lumpuh.
Selama kota-kota masih ada, masalahmakin tetap gag terselesaikan, kecepatan mobil tetap gag nambah (paling-paling 10-20km/jam), padahal jalan-jalan bebas hambatan (katanya sih gitu :p) makin lebar, makin panjang dan makin menjamur.
Baca dulu ;
Ideologi Mobil
Jakarta tanpa Mobil
Belum. Belum selesai Gan/Sis. Itu baru pemanasan. Mari kita telaah lebih lanjut mengapa saiia mengangkat mengenai Jakarta Lumpuh, Buang Mobil ini..
Lewat industri minyak itulah semua bermula. Yang perlu dilakuin cuma tinggal membuat semua orang jadi pengendara mobil. Persuasi sederhana dilancarkan. Menurunkan harga mobil dengan cara melakukan produksi massal dan membangun sektor perakitan, maka dengan sendirinya orang akan tertarik untuk membeli mobil-mobil tersebut.
Orang mulai berlomba membeli mobil, hingga kelas pekerja bahkan pengangguran (kaya) turut serta dalam propaganda tersebut. Kepada mereka telah dijanjikan keistimewaan yang hanya dapat dimiliki kaum borju, bahkan dengan cara berhutang alias nyicil mereka jabanin, yang penting punya keistimewaan untuk berkendara lebih cepat dari orang lain. "Masa orang elit doank yang punya, kita-kita yang gag elit juga bisa kalee punya :p", begitulah pembelaan mereka.
Hmm.. lalu? Apa bagusnya suatu keistimewaan jika semua orang bisa memiliki keistimewaan tersebut? Ini adalah perangkap
Tentu ajja pertarungan massal seperti ini -baik melalui media massa elektronik, advertising dsb- hanya akan berbuntut pada kelumpuhan. Secara nyata bisa sama-sama kita lihat di lapangan. Jakarta lumpuh di Happy Hour. Tiap orang merasa pantas untuk mengklaim haknya dalam berkendara setara dengan kecepatan kaum elit tadi, walhasil segalanya justru menjadi macet, lalu lintas kota kacau-balau, tiap orang berpikiran sama. Pada jam-jam tertentu, kecepatan rata-rata di jalan umum bahkan turun sampai di bawah level kecepatan pengguna sepeda.
Gag ada yang dapat memperbaiki keadaan seperti ini. Semua orang bicara. Semua
Hasilnya? Makin mumplak! Selalu sama. Makin banyak jalan yang dibangun, makin banyak mobil yang menyumbat lajur-lajur baru tersebut. Lalu lintas makin padat bahkan lumpuh.
Selama kota-kota masih ada, masalah
Baca dulu ;
Ideologi Mobil
Jakarta tanpa Mobil
sepertinya harus ada pembatasan kepemilikan mobil...tidak seperti sekarang...satu keluarga bisa memiliki sebanyak yang mereka mau :)
BalasHapusmasih tanggung kang.. hapus ajja semua, lalu sisain kendaraan umum seperti bus dll kang :(
BalasHapushadir untuk meramaikan suasana
BalasHapusblogwalking
monggo
BalasHapusberkunjung sob
BalasHapusngliat gambarnya wow padat merayap :)
salam kenal sekalian izin Follow ya sob
terima kasih sebelumnya
monggo kang.. makasii iia uda mampir :)
BalasHapusweeh saya juga pernah baca info sperti ini ...
BalasHapusandai saya sistem di indonesia seperti amerika ,bahwa pemilik kendaraan ada batasanya, mungkin bisa menhindai kemacetan seprti dijakarta khususnya...
terus batasannya apa kang..?!?! mending buang semua atau alihkan semua.. atau juga alihkan yg namanya kota.. selama ada kota, maka mobil masii akan ada.. :(
BalasHapuskembali ke transportasi umum ajja :)
masalah klasik bagi jakarta,..!!!
BalasHapusikut meramaikan saja
BalasHapusmengunjung blog anda dan sudah join this site! salam kenal pemirsa!
BalasHapushttp://basidd.blogspot.com/
masalah memang sangat komplek gan, membuang mobil mungkin menjadi salah satunya, tapi banyak maslah lain yang perlu dibenahi, infrastruktur, peraturan, kedisipilan, yah masih banyak lagi...mumet. Alhamdulilah ane tinggal di kampung yang bebas macet, yang ada paling jalan pada rusak dan berlubang...
BalasHapushappy blogging:}
ikut menyimak dulu ya bu !!
BalasHapuskalo warga jakarta pengen buang mobil, ane bersedia munggutin sob wkwkwkww..
BalasHapusmacettt
BalasHapusJakarta memang sudah padat..............
BalasHapushahah Alhamdulillah mas kota saya masih aman trafiknya.. namun sayang juga asal jam jam penting kadang macet juga, apalagi jumlahmotornya banyak banget
BalasHapusnamun yaa begitulah manusia.. pas udah akhir nanti nyesal juga
Kayaknya gak mungkin banget sob kalau jakarta tanpa mobil, soalnya pada matere semua #upss
BalasHapusKalau Ibu Kota Negara kita tidak segera di pindahkan te daerah yang jauh, aku yakin Jakarta pasti akan bertambah semrawut lebih parah lagi.
BalasHapusya apapun problema jakarta, semoga saja gubernur terpilih nantinya akan mampu membenahi jakarta menjadi kota yang lebih indah. amin.
BalasHapusklo menurut saya ini akibat pemerintah juga, mereka mau enaknya aja menerima devisa dari prusahaan pembuat atau peng import mobil tanpa mengatur regulasi dan tata kelolanya. akhirnya setiap orang bisa beli mobil dan bisa se enaknya aja. coba kalau di pertegas, ga mungkin kaya gini. mereka cuma cari uangnya aja si... payah juga. mungkin bener juga, buang aaja tu mobil mobilnya
BalasHapuspermasalahan jakarta susah di ataasi ,
BalasHapuskeren2 wawasannya luas nih..
BalasHapusbtul jg kalo d pkir2 kalangan menengah bawah pun di jabanin buat nyicil mesin kutu kupret ini ..
wakkwk.. komunitas semut pun kalah kalo kita liat kemacetan JALANAN !
khusus jakarta, naikan aja pajak kendaraanya setinggi langit, pasti warganya males punya kendaraan...
BalasHapustp ide ini khusus jakarta ya, klo kota ane jangan naik hehheeeeehh...
nii hari H nii
BalasHapusSetiap 1 KM jalan di Jakarta ditambahkan, maka akan diikuti oleh pertumbuhan jumlah kendaraan yang lebih parah juga... :)
BalasHapusSemoga segera ada solusi...
Puspitasari
Rahasia-Wanita-Indonesia.blogspot.com
ea itu tadi mbak.. apus mobil pribadi :(
BalasHapusJamannya kuliah dulu, tahun '90an, saya pernah ke Jakarta. Itu pun sudah kerasa sekali padatnya. Apalagi sekarang? Hmmm.... Kapan bisa terurai dengan baik.
BalasHapusjika otak manusia jakarta uda mulai terurai barangkali kang ;(
BalasHapusJakarta emang kota terpadat dan terpolusi ketiga di dunia setelah Mexico City dan Bangkok :(
BalasHapusMakasih infonya!! Salam kenal!!
Silahkan kunjungi dan pilih2 buku di Hon Book Store
Dapatkan diskon gede2an hingga 15% :D
http://www.honbookstore.com/