Ideologi Mobil

Mobil itu awalnya bisa diibaratkan dengan kastil atau villa di tepi pantai, di tepi lautan sana. Barang mewah (baca; Jakarta tanpa mobil) yang sengaja dicipta untuk kepuasan ekslusif dari kelompok minoritas yang sangat kaya -yang baik dalam konsep maupun sifatnya- memang gag ditujukan untuk orang-orang biasa.

Gag seperti penyedot debu, sepeda, radio atawa tipi yang tetap punya nilai kegunaan ketika semua orang memilikinya. Mobil, seperti juga villa nun jauh di tepi laut sana, hanya diminati dan berguna selama masyarakat umum gag lagi memilikinya. Esensi dari kemewahan seperti ini adalah kenyataan bahwa ia gag mungkin didemokratisasikan. Weleh..!!! Paan tuh?!?! Gini Gan/Sis... Jika semua orang dapat memiliki kemewahan, gag seorangpun yang bisa memperoleh keuntungan dari hal tersebut bukan.

Untuk penjelasan yang dekat kaitannya dengan vila tadi, coba kita sama-sama renungkan.. jika untuk menikmati hak liburan berarti harus tersedia dodol bakar vila, maka bisa dipahami bahwa jika ada 13 atawa 14 juta keluarga yang masing-masing hanya menggunakan pantai sepanjang 10 m ajja, maka berarti diperlukan 140 ribu km pantai agar tiap keluarga bisa memperoleh bagian mereka.

Vila pantai dan Mobil? Sama!

Dus berarti... dengan memberikan kepada semua orang (keluarga tadi) bagian yang seharusnya mereka miliki (walau sementara) berarti harus terjadi pemotongan (katakanlah demikian) pantai. Memotong-motong pantai menjadi garis-garis tipis atau mempersempit seluruh vila yang ada (mau gag mau pilihannya menjadi seperti itu).. dengan demikian.. nilai dollar kegunaan pantai atau vila tersebut akan hilang bukan. Nahh berarti.. gag lebih berguna kan dari pada hotel (pembuatan hotel dan sebagainya).

Bandingkan dengan kasus transportasi... Sama seperti pantai tadi.. mobil juga menguasai ruang publik (inget.. ruang publik, so seharusnyalah untuk publik) yang kini nyata-nyata makinjadi barang langka. Tidakkah mereka (mobil dan kawan-kawannya yang gondrong awut-awutan) itu telah mencerabut hak orang lain sebagai pengguna? Hak pengguna jalan? Pejalan Kaki? Becak? Sepeda? Pengemudi Bus? Tidakkah disadari bahwa dengan banyaknya setan genderuwo mobil, maka nilai kegunaannya jadi malah hilang?

Monggo baca juga Jakarta tanpa Mobil.

19 komentar:

  1. artinya, kita kudu bijak-bijak ya dalam menggunakan sesuatu, kl gak apapun bisa sia-sia :D

    BalasHapus
  2. tolong kalo komen jangan bawa sampah

    BalasHapus
  3. saya setuju jakarta tanpa mobil. ruwet dan macet juga percuma bawa mobil.
    lebih pas efektifkan busway, KRL dan kendaraan umum lainnya. pasti lancar jalanan jakarta.

    BalasHapus
  4. datang meramaikan saja,,satng balik ya??

    BalasHapus
  5. pemandangan indah ternyata sekarang tidak bisa diknamti lagi harus ketengah laut kalau mau menikmati pantai.
    hehe....

    BalasHapus
  6. Hahahha iya bener

    comment balik sob ^^

    BalasHapus
  7. klo semua orang punya mobil,yang untung penjual BBM kali ya,,, hikkzzz

    BalasHapus
  8. Cerdas dan bernas..

    salam kenal kawan


    Kunjungan blogwalking.
    Sukses selalu..
    kembali tak lupa mengundang juga rekan blogger
    Kumpul di Lounge Event Blogger "Tempat Makan Favorit"

    Salam Bahagia

    BalasHapus
  9. wahhh, manteb nih sobat...
    sukses aja yah :))

    BalasHapus
  10. mobil masih disebut barang mewah tapi dilihat dari merknya, & ngomong2 transportasi di jkt pakai mobil pribadi lbh nyaman mengingat jkt yg tambah berdebu bin gersang dan banyak copet :D

    BalasHapus
  11. hadir seob...^_^
    hanya sekedar meramaikan......^_^

    BalasHapus
  12. gag usah pake mobil pribadi...

    BalasHapus
  13. rumahnyakeren sob....
    kapan punya ya....
    hkhkhk

    BalasHapus
  14. wooowwww.... !!!!

    so nice your content :)

    Like this !

    BalasHapus
  15. Posting yang menarik!! Salam kenal!!

    Silahkan kunjungi dan pilih2 buku di Hon Book Store
    Dapatkan diskon gede2an hingga 15% :D

    http://www.honbookstore.com/

    BalasHapus

D'APRÈS VOUS?