Sakit Jiwa Nasional


(Coolioholic Part II)


Setengah abad [lebih sedikit] kemerdekaan RAK (baca Republik Apaan Kek, pink) memberi kesempatan merenung, terlebih otak kotor kita memang penuh dengan aneka macam persoalan utk direnungkan, dan salah satunya adalah coly yg mengholic ini.

Spt yg pernah disinggung sebelumnya bahwa kita ini makhluk solipsis yg mengagungkan klenik ego di tengah pemujaan berhala kemapanan... iloy merupakan efek signifikan dari kesembronoan kita ketika kita mengaku-aku sosialis (baca; gemar bersosialisasi), maka jadilah ini masalah besar berskala nasional, dosa nya pun nasional & kolektif.. dus berarti kita tengah berada di tengah2 kesakitan jiwa nasional.

Improvisasi proses kreatif (jelas ini kreatif, pink) dari nalar estetis, mampu membungkus & membungkam fakta lapangan (renungan kloset) ketingkat simbolis, sehingga barang jadah itu tampil tidak norak, tidak melulu cengeng. Kecenderungan ini ternyata (setelah berjuta dekade) adalah sebuah 'joint venture'.

Ia adalah usaha gabungan berlapis yg terdiri dari dua pelaku, kita si tolol ini, berikut setan yg bertugas mengompori kita.. Bayangkan, itu pun (kegiatan setan) mendapat restu Tuhan. Tuhan mengizinkan Mr. Iblis mencampuri kehidupan kita. Ini tidak bisa diterima. Ketika renungan kloset berlangsung, secara tidak sadar ternyata sebenarnya telah terjadi penyelewengan, telah terlaksana suatu perselingkuhan (marak dgn tema2 lagu yg bermunculan di tahun 2007 yg lalu). Perselingkuhan antara logika kita yg jajan dgn alam bawah sadar kita yg telah hangus di kompori si tuan setan tadi.

Begitu cerdiknya mas syaithon gentayangan mengemas rapi lengkap dengan label tidak haram juga tidak halal lewat jutaan pasukannya, baik di media massa, cetak maupun elektronik bahkan melalui fenomena yg terpampang sehari2 di lingkungan kita yg 'lucu' ini. Selubung ideologis kang Iblis benar2 terasa indah karena kemampuan mempropagandakannya sehingga kita terpaksa menciptakan skenario gawat darurat bahkan berbau putus asa yg berbunyi : yg penting ngga zina, nggk ngerusak milik org laen, dsb dsb.

Jelas disini tercipta kolusi baru yg begitu rapi hingga mencuat kepermukaan adalah sesuatu yg legal sedikit halal. Logika matematika berikut ilmu eksakta lainnya mengalami penyimpangan. Diafragma ngawur. Kalkulator yg selalu kita amini bersama dalam menerjemahkan perintah 5x5 selalu 25 mulai patut diragukan, bahkan lalu di perdebatkan dlm simposium2 yg gk jls. Kenapa? Sebab di sana, di atas kuitansi 'kenikmatan sekejap' tsb 5x5 bisa menjadi tujuh juta dua ratus limapuluh ribu atau hanya tujuh detik bahkan lenyap sama sekali tak bernilai.

Pelan tapi pasti, cepat atau lambat, disadari atau diacuhkan sama sekali, estetika onani menggiring kita pada sifat2 super hero munafikuun'. Celakanya kita tidak tau bahwa kita itu munafik lebih celaka lagi logika kita tidak ingin kita tau hal itu. Bahkan jika org lain terlalu 'nyinyir' memberitahu, ia akan segera masuk black list buku gede kita sebagai anggota kaum pembangkang.

Manusia tetaplah manusia, bukan malaikat. Manusia tidak luput dari yg namanya kemarahan, sesal, rindu, dendam, loyo, gagah, hasrat adu jotos, santun, cengeng, takut, 'ng-ganja', ng-fly, mbalelo, manut, apik, sayang, welas asih berikut sifat2 metal lainnya. Seperti halnya marah, dlm situasi trtentu, malah wajib. Daging sapi babi (karena kami ini muslim) manakala dihadapkan dalam situasi tertentu menjadi wajib, roko, terkadang juga ikutan jadi wajib, maka percayalah.. demikian pula halnya renungan kloset ini. Makhluk lembut satu ini pun dalam situasi tertentu berhak mendapatkan sematan wajib di dadanya. Amin.

Ngarang? Mabok? Sedeng? ________------------________ Sa' karepe udhel mu dhewe'!



Dasar mblegedes!!! Manusia itu bukanlah lilin, yg begitu menyala, lalu tamat. Kita tidak mau tamat demi kemarahan. Kita tidak mau tamat utk 'drugs'. Kita tidak mau tamat demi keindahan pernyataan kerinduan pada seseorang. Sama hal nya kita tidak mau tamat oleh segelintir 'nafsu' kemanusiaan ini. Kenapa kemanusiaan? Karena kita manusia dan hal itu demikian manusiawinya. Maka ada baiknya kemarahan diolah. Drugs harus ada resep dari dokter yg bisa mempertanggungjawabkan surat kuasanya, demikian pula nafsu, ia harus dikelola sedemikian rupa. Sudah saatnya kita memiliki 'pabrik' pengolahan segenap hawa nafsu kita lalu mentransfernya menjadi energi budaya, sosial dsb agar dgn itu kita mnjadi -minimal- bisa menyelamatkan diri kita sendiri. Hell yeah!!! Hitung2 ikut menyelamatkan sebuah peradaban (sebenernya saiia ngelakuin itu, terus gk ngerasa klu saiia itu ngerusak peradaban ko', lol).

Onani. Tidak bisa dinilai secara normatif. Pemberian cap baik maupun buruk hanya membuktikan sikap naif. Ia hanya bisa melahirkan embrio2 pemujaan atau pembencian. Dan ketika suatu saat muncul selembar faksimili dari seorang om kiyai yg memprotes hal itu, maka (saya pribadi) tiba2 merasa wajib berseberangan dgn pak kiyai tsb. Dalam hal ini tampaknya kita masih sukar berbagi 'impian'. Dan jika sikap normatif yg dikedepankan sebagai 'barikade' terkokoh kita mungkin lantas akan kecewa. Jatuh merana karena kekecewaan tsb. Tapi saya enggan berkecewa ria spt itu. Maka dgn rela, saya akan memandang si pintar itu, si cendekiawan itu, om kiyai itu, kang ustadz itu, mas jenius itu . . . tampil dengan kekurangannya. Ikhlas melihat si tuan pejuang demokrasi kita lainnya datang meremehkan perkara yang tidak lagi remeh temeh ini. Yupp!! Tulus-lus ikhlasnya. Karena sesungguhnya ketulusan itu tinggal berdekatan, bahkan mungkin se-rumah dengan kedewasaan.





Senin sore, 29 July 2009

Saiia tetap memendam ketidak puasan terhadap keadaan, namun saiia berpendapat..
'Kearifan memandang bianglala kehidupan seperti ini mungkin jga merupakan tanda kedewasaan itu'.

Amien.


Ditulis ulang, sore ini,
karena mata gk bsa merem.


17 komentar:

  1. Pertama, kok Intense Debate-nya ngga muncul?

    Kedua, apa tulisan ini ditujukan untuk orang-orang yang bejiwa filosofis yang mampu dengan mudah memahami makna beberapa kalimat yang diramu dengan bahasa tingkat tinggi padahal intinya bahasannya sangat simple? hehehe....

    Ketiga, onani itu hak seluruh warga negara, onani itu sebentuk aktifitas personal yang tidak bisa digeneralisasi salah atau benarnya dilakukan, satu lagi... onani itu ENAAAAAAAAAK BANGEEEEEEEETTTT.... tapi kadang kok abis itu nyesel yah? hahahaha....

    BalasHapus
  2. Malamm... dirimu dapet award, silakan ditengok yaa :)

    BalasHapus
  3. Wew..
    Kreatif..
    Improvisasi..
    Ato pesimistis..
    Hmm.. ;)

    BalasHapus
  4. aduh ko gambarnya gitu sih

    BalasHapus
  5. ga ngerti... intinya apaan si?

    BalasHapus
  6. Aku ga mudeng hiks hiks hiks...bahasa tingkat tinggi.

    BalasHapus
  7. wedew, gambare kang.. eling.. eling :D [ngelus dada.. ama..]

    BalasHapus
  8. Ulasan yang bagus mas, iya manusia memang manusia, tapi kita juga harus berusaha buat menghindari itu semua, biar tidak terbawa dalam perbuatan yang tidak baik!

    BalasHapus
  9. Wakakakaka ulasan yg masuk akal....tpi itu terlalu sederhana untuk diremehkan....makanya kalo di closed jangan lama2.......*gaplekinekngawurlekoment*

    BalasHapus
  10. *gaplekinekngawurlekoment* ???
    emang kgiatan palin enak cma di closed duang kang :p

    BalasHapus
  11. Gak ikut2'an ah, hihihi... :D

    BalasHapus

D'APRÈS VOUS?