Objektif Rasional

Kebenaran gag lahir dari tindakan emosional. Kebenaran selalu hadir dari kearifan. Kearifan yang digali oleh Nabi Muhammad saw di Gua Hiro pada tiap Ramadhan sebelum Beliau diangkat menjadi Rasul, yang telah menghubungi dirinya dengan Tuhannya.

Tuhan menurunkan salah satu kitab suci-Nya kepada Beliau yang di dalamnya terdapat banyak perintah  untuk membaca alam. Alam semesta tempat dimana kita bernaung. Tentunya alam harus dibaca secara Objektif dan juga Rasional. Inilah tahap awal untuk menilik kebenaran.

Bila orang mulai mau untuk sekedar memahami kebenaran yang paling dasar ini, gag usah yang rumit dengan menggunakan sistem penalaran canggih ala-ala fisika nuklir or what so ever, orang akan menyadari siapa dirinya. Tak akan jadi sombong. Kalau kita sombong, tentu kita menyombongi Dia. Jika kita congkak, pastilah kita congkak kepada-Nya.

Dengan Objektif Rasional, terbentuklah persatuan yang kokoh
Di belahan bumi manapun, Agan/Sis akan selalu mendengar kata 'benar' dan kata 'salah' dalam bahasa setempat yang kita mengerti. Kita mengerti bahwa apa yang disebut benar itu jikalau ia mengikuti apa-apa yang telah diterima masyarakat atawa kelompoknya.

Ketika manusia belum bisa menimbang dengan rasio atau akal pikirannya tentang apa yang disebut kebenaran, maka kebenaran yang berkembang adalah kebenarn mitologi. Inipun terjadi pada yang namanya Agama. Agama pada awalnya penuh dengan mitos.

OK sekarang kita akan kupas perlahan bagaimana sebenarnya sesuatu bisa dikategorikan Objektif atau apalah itu namanya. Sesuatu dapat disebut Objektif jika ia bebas dari pengaruh perasaan emosi atau pandangan sebelumnya. Kata Objektif sendiri berasal dari kata Objek; sesuatu yang jadi tujuan atau sasaran. Yang jadi perhatian kita. Objek yang  gag melibatkan perasaan satu orang, dapat disaksikan oleh orang lain, dan harus dapat dibuktikan dengan inderawi.

Objektif merupakan tahap awal, dasar untuk memahami kebenaran. Jika gag dapat dibaca secara indrawi, maka hal tersebut gag dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya oleh orang lain, sehingga gag objektif lagi, subjektif jatuhnya. Ia ada sesuai dengan perasaan atau pandangan  orang yang mengamatinya.

Agar suatu objek dapat dimengerti oleh oran banyak dan bisa diuji orang lain, maka diperlukan adanya pemahaman tentang kualitas dan kuantitas yang melekat pada objek yang diamati. Misalnya ciri-ciri dan sifat objek tadi, bentuk dan ukuran objek tersebut sehingga kebenaran yang diketahuinya bersifat Objektif Rasional. Inilah wujud dari kebenaran pada tahap dasar, yang juga disebut kebenaran inderawi, karena untuk menguji keabsahannya perlu perangkat indrawi. Baik itu mata telanjang (tanpa alat) atau dengan alat (mikroskop, teleskop dll). Indra, penting bagi Kebenaran Objektif.

Dengan tolok ukur yang sama, tanpa pemaksaan untuk menjadi sama, kita hidup saling memahami dan saling pengertian. Terbentuklah persatuan yang kokoh. Gag perlu dalam satu kesatuan, karena nantinya malah menimbulkan pemaksaan. Jelas akan bertentangan dengan hakikat Pancasila. Dengan hidup yang objektif rasional akan terbentuk persatuan yang kokoh, karena orang akan mengerti bahwa meski berbeda-beda, tokh tetap satu jua. Yang beda cuma masalah selera.

Ada yang senang putih, ungu, merah, kuning, hijau, hitam, biru atau apapun itu sebutannya, itu cuma warna. Dasarnya tetap sama. Manusia Indonesia! Kita dicitrakan oleh Tuhan sebagai manusia. Jika memang demikian, lalu apanya yang perlu disombongkan? So.. kunci agar kita bisa hidup bersatu adalah.. pertama-tama harus hidup Objektif dan Rasional. Memang, pada beberapa kasus, hidup yang Objektif Rasional itu belumlah mencukupi untuk menjadi syarat bagi kehidupan industri. Untuk punya jiwa industri, kita harus berani melangkah pada tahap kebenaran berikutnya, yakni Objektif Logis.

31 komentar:

  1. Waw, ngebahas Objektif dengan ringkas padat namun berbobot. hahaaa... kunjungan pertama nih bang :D

    BalasHapus
  2. dalam bro... *smile

    tp islam adalah agama yg objektif,

    “Sesungguhnya agama (yang diridoi) di sisi Alloh hanyalah Islam.” [QS. Ali ‘Imron (3): 19]

    happy blogging..

    BalasHapus
  3. tapi knp.. klu memang yang diridhoi itu islam.. knp Ia menciptakan agama2 lainnya..?!?!?

    BalasHapus
  4. Saya ga bisa komen sob,, ilmu saya belum sampai sana.. takut salah..

    BalasHapus
  5. sepakat sama rohis facebook kalo gitu :)

    BalasHapus
  6. Duh,,,ngebahasnya berat juga ya. Perlu pemahaman yang luar biasa untuk mengerti masalah tsb lebih lanjut

    BalasHapus
  7. wadohhh ini bahasanya tinggi bangetttt... saya gak bisa koment kayanya deh xixixi

    BalasHapus
  8. . . aq numpank baca^ aja dech. karna bingunk mau comment apa. huhh. takut kejauhan sama alurnya nanti. huhh . .

    BalasHapus
  9. salam kenal, broo, buat semua sobat yang ada disini, semoga sukses selalu dengan blognya.

    By Andi D
    www.inves-on.blogspot.com

    BalasHapus
  10. wahhh manteb banget nih pembahasannya sob,,
    singkat, gak pake basa-basi

    BalasHapus
  11. Makasih udah mampir kang, nanti saya balik lagi untuk baca-baca sekarang lagi ada kerjaan dulu :p

    salam kenal
    M Umar

    BalasHapus
  12. apa semua hal bisa dipahami dengan objektif rasional? kadang ada hal yang ga bisa lo, kenapa ya?

    tetap semangat.

    BalasHapus
  13. menyimpulkan sesuatu setelah melalui proses penelitian yang objektif tentu akan mengurangi perbedaan pendapat namun sayang, sebagian besar kita masih dibelenggu dengan pendapat yang telah umum berlaku atau telah lama dianut walau berasal dari pondasi yang rapuh sehingga perpecahan sangat mudah terjadi.

    BalasHapus
  14. waduuh speechless saya kang klo msalah ginian..,,takut salah ngomong.. :D

    knjungan perdana kang, dtnggu knjungan bliknya.. :)

    happy blogging :D

    BalasHapus
  15. secara fitrah, semua orang sebenarnya dasarnya sama bukan.. yang membuat berubah-ubah kan manusianya saja.

    obyektif rasional dengan memegang pada dalil naqli, akan menjadi pandangan hidup yang sempurna.

    BalasHapus
  16. Objektif dan Rasional + Objektif Logis jadi klop deh, sempurna, memang idealnya seperti itu gan tapi akan sulit dalam aplikasinya...

    BalasHapus
  17. aku harus bilang waw objektif dibahas disini dengan sempurna deh artikelnya

    BalasHapus
  18. yaap mantap.. benar sob. kita sebagai manusia harus hidup seca objektif dan rasional! ^_^

    BalasHapus
  19. menurut saya harus saling melengkapi logis dan rational.... dan tergantung kita mau mendiskusikan dari sisi apa.... salam ya... nice post...

    BalasHapus
  20. ngomongin tentang objektif trnyata mmbuat saaya mngerti tntng tahapan2 objektif itu apa saja dan sprti apa sob :D
    thx ya

    BalasHapus
  21. Butuh observasi mendalam supaya bisa melihat dan menjelaskan arti objeknya.

    BalasHapus
  22. harus rukun dan saling kasih sayang ya :D

    BalasHapus
  23. mau komen ne, tpi binggung..
    kayaknya hrus diphami lbih dalam lagi..tkutnya ngomenny asal2an..hehe

    BalasHapus
  24. Kunjungan perdana langsung membaca sebuah artikel yang keren, menggunakan rangkaian kata2 yg tidak biasa, tegas dan sedikit membingungkan bagi orang awam, jadi saya harus membacanya ulang untuk lebih memahami apa maksud dan tujuan tulisan ini.
    Btw, tulisannya bagus :D

    BalasHapus
  25. ini 'bahasa' nya yg tinggi apa 'bahasan' nya sih?!?!

    BalasHapus
  26. wahhhh,, tinggi banget nih pembahasannya...
    saya masih kurang mengerti, tapi pelan2 deh bacanya ::))

    BalasHapus
  27. semuanya tergantung bagaimana merenungkannya...
    :)

    BalasHapus

D'APRÈS VOUS?